
Cara Retargeting Mengubah Pembeli Ragu Jadi Pelanggan Setia – Pernah enggak sih kamu lagi nyari sepatu baru, terus setiap buka sosial media atau website kesukaan, iklan sepatu itu selalu muncul? Itulah kekuatan retargeting! Mungkin kamu awalnya cuek aja, tapi lama-lama jadi kepikiran terus, sampai akhirnya memutuskan buat beli.
Retargeting, atau sering juga disebut remarketing, adalah strategi wajib dalam bisnis digital saat ini. Mengapa? Karena menurut data umum di industri e-commerce, sebagian besar pengunjung akan meninggalkan website kamu tanpa melakukan pembelian pertama kali. Tugas retargeting adalah menjemput kembali mereka yang sudah menunjukkan minat.
Kenapa Retargeting Segitu Ampuhnya?
Sebenarnya, retargeting itu kayak lagi ngejar gebetan. Bayangin kalau kamu lagi naksir seseorang, terus kamu berusaha buat sering-sering ketemu dia, ngobrol, dan kasih perhatian. Lama-lama, dia pasti bakal sadar kalau kamu ada perasaan sama dia. Nah, retargeting juga gitu. Dengan terus-terus muncul di depan mata calon pelanggan, kita kayak lagi ngasih kode, “Hey, aku tahu kamu lagi butuh ini!”
Baca juga: Ingin Konversi yang Gila-gilaan? Coba Trik Retargeting Ini!Siklus pembelian (customer journey) modern itu kompleks. Pembeli butuh rata-rata 7 hingga 10 kali touchpoint (interaksi) sebelum akhirnya membuat keputusan pembelian. Retargeting memastikan brand kamu selalu ada di benak mereka (top of mind) selama proses tersebut.
Apa bedanya retargeting dengan iklan biasa?
Iklan biasa (prospekting) bertujuan menjangkau audiens baru yang belum kenal kamu. Retargeting fokus pada audiens yang sudah pernah berinteraksi, misalnya mengunjungi website, menonton video, atau memasukkan produk ke keranjang tapi belum checkout. Karena audiens ini sudah hangat, Conversion Rate (tingkat konversi) dari retargeting jauh lebih tinggi dibanding iklan biasa.
Trik Retargeting yang Bikin Klepek-klepek
Perlakuan Khusus untuk Setiap Orang: Setiap orang itu unik, jadi perlakuannya juga harus beda-beda. Dengan retargeting, kita bisa kasih penawaran khusus berdasarkan riwayat pencarian atau produk yang pernah dilihat. Misalnya, kalau kamu pernah lihat-lihat tas branded, iklan tas branded dengan diskon menarik pasti bakal bikin kamu tertarik.
Cerita yang Bikin Penasaran: Jangan cuma kasih lihat produk aja. Coba bikin cerita yang menarik di balik produk itu. Misalnya, kalau kamu jual baju, ceritakan tentang proses pembuatannya atau inspirasi di balik desainnya.
FOMO Itu Nyata: Siapa sih yang nggak suka merasa FOMO (Fear of Missing Out)? Manfaatkan perasaan ini dengan kasih batasan waktu untuk penawaran spesial atau kuantitas produk yang terbatas.
Iklan yang Dinamis (Dynamic Ads): Iklan yang itu-itu aja kan bosenin. Cobain bikin iklan yang dinamis, misalnya dengan menampilkan produk yang berbeda-beda berdasarkan perilaku pelanggan. Platform seperti Meta Ads Manager dan Google Ads sangat unggul dalam menyediakan fitur ini. Kamu bisa mengintegrasikan product feed kamu sehingga iklan yang muncul akan menampilkan persis produk yang baru dilihat si calon pelanggan, lengkap dengan harga dan stok terbaru.
Optimasi Retargeting di Era AI
Di tahun 2025 ke atas, kunci sukses retargeting bukan hanya pada frekuensi, tapi pada prediksi perilaku. Dengan bantuan tools berbasis kecerdasan buatan, kita bisa membagi audiens retargeting menjadi segmen yang jauh lebih spesifik (micro-segmentation).
Baca juga: Siapa Sangka? Data Analitik Ini Bisa Mengubah Nasib Website Anda!Berdasarkan penelitian terbaru dari Gartner, hyper-personalization yang didorong oleh AI dapat meningkatkan kepuasan pelanggan hingga 20%. Ini berarti, kamu tidak hanya menarget mereka yang meninggalkan keranjang, tapi juga mereka yang mengunjungi halaman FAQ dua kali (menunjukkan keraguan) atau mereka yang menghabiskan waktu paling lama di halaman tertentu.
Sebagai contoh entitas, perusahaan besar sering menggunakan platform Customer Data Platform (CDP) seperti Segment atau Tealium untuk mengumpulkan dan menganalisis data lintas platform (web, aplikasi, CRM). Dengan data yang terintegrasi ini, campaign retargeting yang muncul di LinkedIn bisa jadi sangat berbeda dengan yang muncul di Instagram, karena konteks dan tujuan platformnya berbeda.
Menurut data resmi Google Analytics 4 (GA4), salah satu metrik terpenting dalam retargeting adalah Recency (seberapa baru interaksi mereka). Jika interaksi terjadi dalam 24 jam terakhir, kesempatan untuk konversi jauh lebih besar, sehingga bid iklanmu harus lebih agresif.
Contoh Nyata yang Bikin Melongo
Pernah dengar tentang Nike? Mereka jago banget dalam hal retargeting. Setiap kali kita lihat sepatu Nike di website mereka, iklan Nike bakal terus muncul di berbagai platform. Selain itu, mereka juga sering bikin iklan yang personal, misalnya dengan menampilkan nama kita atau rekomendasi produk berdasarkan preferensi kita.
Contoh lain, coba perhatikan perusahaan SaaS (Software as a Service) seperti Ahrefs atau Semrush. Mereka menarget pengguna yang mencoba free trial tetapi tidak berlangganan. Iklan retargeting mereka tidak hanya menawarkan diskon, tetapi juga menunjukkan case study atau testimoni dari pengguna yang sukses, menegaskan value produk mereka (Trustworthiness dan Authoritativeness).
Retargeting itu bukan cuma soal menampilkan iklan berulang kali. Ini tentang membangun hubungan yang lebih personal dengan pelanggan. Dengan memahami perilaku dan preferensi mereka, kita bisa memberikan penawaran yang tepat dan membuat mereka merasa dihargai.
Apakah retargeting hanya menggunakan cookies?
Ini adalah pertanyaan populer saat ini. Seiring dengan kebijakan privasi data seperti GDPR dan keputusan Google untuk menghapus third-party cookies (yang digunakan untuk melacak user di berbagai website), dunia retargeting sedang bertransisi.
Baca juga: Rahasia Landing Page yang Sukses: Konversi Peserta Webinar dalam SekejapSaat ini, fokus mulai beralih ke First-Party Data (data yang dikumpulkan langsung dari interaksi user di website atau aplikasi kamu sendiri) dan Contextual Advertising (iklan yang ditampilkan berdasarkan konten halaman, bukan perilaku user). Platform besar seperti Meta dan Google juga mengembangkan teknologi Privacy Sandbox yang memungkinkan retargeting berbasis grup, bukan individu. Jadi, meskipun cookies masih dipakai, ke depannya retargeting akan lebih mengandalkan data internal dan teknologi baru yang lebih menjaga privasi.
Jadi, siap untuk jadi master retargeting? Dengan trik-trik di atas, kamu bisa mengubah calon pembeli yang ragu-ragu menjadi pelanggan setia yang selalu kembali.
Ingat, kunci suksesnya adalah konsistensi, kreativitas, dan yang terpenting: personalisasi yang didukung data!





